Pages

Jumat, 20 April 2012

Secangkir kopi

Secangkir kopi

Cahaya mentari yang menembus lubang dinding kamarku  terlihat mulai tinggi saat aku masih bermalas-malasan di tempat tidur. Sejuknya udara pagi, dan suara kicauan burung seakan memaksaku untuk segera keluar rumah menikmati pemandangan yang indah.  Setiap pagi istriku  sudah menyiapkan  sarapan serta hidangan Secangkir kopi.  Seperti hari-hari biasa saat liburan kerja di akhir pekan saya selalu menyempatkan diri untuk berolah raga dan berjalan santai ke area persawahan dan perkebunan desa SukaDamai.   
Sebuah pondok kayu di tengah sawah, pak NurAlim terlihat sedang duduk santai di serambi pondoknya, menikmati segelas kopi dan gorengan pisang.  Dengan sapaan khas yang ramah dan penuh hangat diapun menyapaku lebih dulu, dan memintaku untuk mampir di pondoknya. 
Pak NurAlim adalah sosok petani yang sukses di desa ini.  Ukuran sawah yang tidak terlalu luas mampu dirawatnya, dengan sistem pengairan tadah hujan, beliau dapat memanen hasilnya hingga tiga kali dalam setahun.
Ilmu tentang pertanian banyak saya peroleh dari beliau, mulai dari pembibitan, sampai perawatan tanaman hingga panen.


Kamis, 19 April 2012

Desa SukaDamai
Sejauh mata memandang, hamparan pemandangan, pepohonan dan tanaman hijau yang terbentang diantara perbukitan, semakin menggugah pikiran dan perasaan saya ingin menikmati lebih dekat suasana desa ini. Desa ini diberi nama Desa SukaDamai,mungkin karena suasananya yang damai, tenang dan  akrab dengan senyuman para warganya setiap aku berjumpa atau berpapasan dengan mereka, sehingga deberi nama Sukadamai.
Desa ini jika ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 45 menit dari ibukota kabupaten KutaiTimur atau sekitar 35 KM. 




Hari ini genap sepuluh tahun aku tinggal menetap di desa ini sejak merantau dari kampung halaman tempatku dilahirkan.  Aku sering meluangkan waktu, berjalan-jalan ke pelosok desa ini, sambil menikmati pemandangan yang indah, bersilaturahmi dengan warga desa, dan mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.